KI H Anom Soeroto – Wahyu Trimargajaya
KI H Anom Soeroto – Wahyu Trimargajaya
Empat puluh hari sudah Pandhawa hilang bagai ditelan bumi. Amarta
berada dalam kesuraman, karena dengan perginya Pandhawa sama saja rakyau
hidup tanpa pegangan, tanpa kiblat tanpa tujuan. Kepergian Pendhawa
ini jelas menjadikan kekhawatiran banyak pihak. Tak kurang dari Raja Dwarawati, Sri Banthara Kresna –yang konon titisan Wisnu, Dewa Kebahagiaan- menjadi gundah. Bersama Raja Mandura, Prabu Baladewa,
ia membahas kepergian Pandhawa dan berupaya menemukannya kembali.
Kehilangan Pendhawa sama artinya dengan menanti kehancuran Amarta.
Kehancuran Amarta akan berdampak bukan saja pada negeri itu sendiri,
tetapi juga kepada lingkungannnya.
Tetapi bukan Kresna namanya, apabila
tidak bisa menganalisa tiap kejadian dengan tenang. Kresna faham betul,
Pendhawa tak akan pergi jika tidak disertai alasan yang kuat. Oleh
karena itu kepergian Pendhawa dikaitkan dengan akan turunnya Wahyu Trimargajaya yang tak berapa lama lagi akan diturunkan oleh Dewa. Secata harfiah, Tri berarti tiga, Marga berari jalan dan Jaya
berarti kemenangan. Dengan demikian Wahyu Trimargajaya adalah tiga
jalan untuk mencapa kejayaan. Inilah inti permasalahan yang sepanjang
cerita ini di bahas oleh Ki H Anom Soeroto. Begitu hebatnya Wahyu
Trimargajaya, mendorong Raja Dwarawati dan Raja Mandura berniat ikut nyadhong Wahyu Trimargajaya. Mereka berniat bertapa di Gunung Rewantaka, tepatnya di Pertapan Sunyapringga.
Sementara itu, di alam antara, yaitu alam diantara fana dan baqa, hiduplah seorang Raja Raksasa yang sakti mandraguna. Ia adalah ruh mendiang Raja Alengka, Prabu Rahwana yang sampai saat ini masih penasaran dan gentayangan mencari perempuan titisan Dewi Widawati. Dalam pengembaraannya, Rahwana ia menjadi raja di Swargabandhang, bernama Prabu Godhayitma bersama Patih Godhayaksa dan anak lelakinya Begayitma. Dalam pengamatan Godhayitma, perempuan yang memiliki kemiripan dengan Dewi Widawati, pujaannya, adalah Dewi Lesmanawati, putri Raja Astina, Prabu Duryudana. Maka dilamarlah Lesmanawati untuk dijadikan permaisuri di Keraton Swargabandhang.
Prabu Duryudana mengabulkan lamaran
Godhayitma dengan persyaratan, bisa melenyapkan Pandhawa. Godhayitma
memenuhi permintaan itu. Benar saja, Pendhawa berhasil diculik oleh
Raja Raksasa ini dan dimasukkan ke dalam sumur upas,
sebuah tempat berupa goa beracun yang tak seorangpun mampu bertahan
hidup jika masuk kedalamnya. Merasa sudah berhasil memenuhi tuntutan
Prabu Duryudana, maka Prabu Godhayitma mengutus putranya yaitu Raden
Begayitma untuk melawat ke Astina guna menagih kesanggupan Prabu
Duryudana.
Jika bisanya pagelaran lakon wahyu,
Pendhawa-lah yang pada akhirnya mendapatkan nikmat Tuhan yang berbentuk
wahyu. Tapi bagaimana dengan Wahyu Trimargajaya? Pendhawa berada di
sumur upas, lemah dibawah pengaruh kesaktian Godhayitma. Dalam hal ini
-jika disebut saingan- juga tidak ringan. Raja Dwarawati dan raja
Mandura bukanlah tokoh sembarangan. Mereka juga berminat pada Wahyu
Trimargajaya. Tak tanggung-tanggung, mereka bertapa di Pertapan
Suryapringga, di lereng Gunung Rewantaka, tempat yang menghantarkan
keduanya menududki tahta kerajaan masing-masing. Rasanya, terlalu
gampang jika anda menebak bahwa lakon ini –seperti lakon wahyu yang
lain- pendawa akan mendapatkan wahyu. Lalu siapa? Kresna, kah? Atau
Baladewa?
Jika
demikian, lalu bagaimana nasib Pandhawa? Berhasilkah Godhayitma
menyunting Lesmanawati? Mampukan Duryudana melawan kesaktian prajurit
raksasa dibawah komando Begayitma? Dan yang lebih penting Apa dan
bagaimana wedharan atau makna yang tersirat dari keberadaan Wahyu Trimargajaya?
Sebagaimana Mas Edy pernah mengatakan
kepada saya di telepon setahun lalu, bahwa mendengarkan wayang jauh
lebih nikmat daripada menonton, boleh jadi akan terbukti saat ini.
Tuntaskan dulu anda mengunduh file MP3 Wayang Kulit bersama Ki H Anom
Soeroto dengan cerita Wahyu Trimargajaya, lalu silahkan pisau apresiasi
anda mengupas hasil seni yang satu ini.
Yang lebih menarik adalah kualitas file
dan hosting dimana ahli bioteknologi ini menyimpan file. Entah bagaimana
cara beliau mengconvert kaset pita sehingga meskipun outputnya berupa
file MP3 standard 44800 khz, 128 kbpbs, tetapi rasanya seperti WMA saja.
Beliau menyimpannya di mediafire yang mampu download by part sehingga
memudahkan anda untuk mengunduh. Untuk yang satu ini, tanpa malu, tanpa
ragu; bravo Mas Edy!!!!
Title: KI H Anom Soeroto – Wahyu Trimargajaya
Rating: 10 out of 10 based on 24 ratings. 5 user reviews.
Writed by Martono
Rating: 10 out of 10 based on 24 ratings. 5 user reviews.
Writed by Martono