KI H Anom Soeroto – BAMBANG PRAMUSINTA
KI H Anom Soeroto – BAMBANG PRAMUSINTA
Dalam bukunya, Wayang Dan Karakter Manusia, Ir Sujamto
membuat analogi menarik. Nafsu manusia itu ibarat bola salju, yang
semakin membesar apabila dibiarkan menggelinding. Dia tidak akan pernah
surut jika belum berhenti menggelinding. Apabila dipaksa berhenti
–menghantam pohon, misalnya- bola salju itu tetap tak akan berhenti.
Dia hanya punya dua pilihan, hancur atau akan terus membesar. Maka
nenyurutkan nafsu adalah perbuatan sia-sia, kecuali menghancurkannya
sama sekali. Langkah bijak untuk hal ini adalah jang pernah menyulut
nafsu, sekecil apapun itu. Karena jika sudah terlanjur wujud, nafsu tak
akan pernah surut, kecuali hancur!
Prabu Tegalelana adalah
contoh konkrit dari analogi yang digambarkan oleh Ir. Sujamto
tersebut. Raja Muda Bulukatiga ini adalah sosok yang mencoba menyulut
nafsu yang kemudian tak punya daya untuk menghentikannya. Ia menjadi
korban keserakahan yang disulutnya sendiri. Ketika nafsunya sudah
berkobar menjadi jilatan api besar tak ada pilihan baginya kecuali
menurutkan nafsunya itu, atau dia sendiri hancur.
Syahdan, Prabu Tegalelana adalah Raja Muda di Kerajaan Buluketiga. Bersama adik lelakinya Raden Tegamurti dan
adik perempuannya Dewi Tegawati, Prabu Tegalelana berkuasa dengan adil
dan bijaksana, kendati sebagai Raja sang Prabu Tegalelana belum memiliki
permaisuri. Hal semacam ini berjalan normal sampai datangnya seorang
pemuda desa yang ingin mengabdi ke Negara Bulukatiga bernama Bambang Pramusinta. Setelah melewati ujian dari Tegalelana, akhirnya Bambang Pramusinta dierima menjadi Nayakapraja di Bulukatiga dengan pangkat Bupati.
Ketika Prabu Tegalelana meminta Bambang
Pramusinta untuk memperkenalkan isteri dan adik-adiknya, mulailah
konflik rumit yang mendera prabu Tegalelana. Bambang Pramusinta
memiliki sorang isteri yang bernama Dewi Sayekti dan seorang adik yang bernama Dewi Pramuwati yang juga telah bersuami, namanya Raden Sabekti. Sabekti dan Sayekti ini adalah kakak beradik. Celakanya, Prabu Tegalelana jatuh cinta kepada Sayekti, isteri Pramusinta.
Untuk
membuka konflik dan merebut Sayekti dari tangan Bambang Pramusinta,
Prabu Tegalelana mengakui tidak akan mampu. Dia telah mengetahui
kesaktian Pramusinta ketika mengujinya saat melamar menjadi prajurit
Buluketiga. Akhirnya, Tegalelana minta saran kepada Togog (Tejamantri) untuk
memberitahukan apakan ada ksatria yang memiliki kesaktian melebihi
Bambang Pramusinta. Menurut Tejamantri, satu-satunya ksatria yang
mungkin mampu mengalahkan Bambang Pramusinta adalah Raden Arjuna.
Atas dasar itu disusunlah rencana
melenyapkan Bambang Pramusinta dengan menggunakan pertolongan Arjuna.
Raja Buluketiga yang sudah dikuasai nafsu ini kemudian membuat surat
kepada Raden Arjuna. Isi surat tersebut berupa fitnah bahwa Bambang
Pramusinta berniat memperistri Wara Subadra. Selain itu, Prabu
Tegalelana berniat menyerahkan Dewi Tegawati, adiknya, sebagai
persembahan kepada Arjuna. Dia memperkirakan jika Arjuna membaca surat
itu, pasti akan marah dan membunuh Bambang Pramusinta. Menikah dengan
Tegawati juga menjadi daya tarik lain yang akan pasti akan
diperhitungkan Arjuna. Dengan rencana itu, diutuslah Raden Tegamurti
untuk datang ke Desa Pandansurat kediaman Bambang Pramusinta guna
menyampaikan perintah menyerahkan surat kepada Raden Arjuna.
Masalah
menjadi semakin runyam ketika, Raden Tegamurti jatuh cinta kepada Dewi
Pramuwati, isteri Bambang Sabekti. Sepeninggal Pramusinta ke Madukara,
Tegamurti berupaya dengan berbagai cara untuk bisa berduaan dengan
Pramuwati. Karena Pramuwati menolak, Tegamurti bermaksud menggunakan
kekerasan untuk mencapai tujuannya. Beruntung, Bambang Sabekti berhasil
mengalahkan Tegamurti. Tetapi tidak demikian ketika harus menghadapi
Prabu Tegalelana dan sejumlah prajurit pilihan dari Bulukatiga. Bambang
sabekti berhasil dibunuh. Jasadnya dibuang kehutan. Sementara
itu,Pramuwati dan Sayekti berhasil diboyong ke keraton Buluketiga.
Siapakah sebenarnya Bambang Pramusinta,
Sayekti, Sabekti dan Pramuwati? Berhasilkah Pramusinta bertemu Arjuna
dan bagaimana sikap arjuna ketika membaca surat Tegalelana? Bagaimana
nasib Pramuwati dan Sayekti? Dan banyak pertanyaan lain yang bisa
terjawab hanya dengan menengarkan secara tuntas Lakon Bambang Pramusinta
yang dengan sangat manis digelar oleh KI H Anom Soeroto pada link
berikut ini
- KI H Anom Suroto – Bambang Pramusinta_1a (talu)
- KI H Anom Suroto – Bambang Pramusinta_1b
- KI H Anom Suroto – Bambang Pramusinta_2a
- KI H Anom Suroto – Bambang Pramusinta_2b
- KI H Anom Suroto – Bambang Pramusinta_3a
- KI H Anom Suroto – Bambang Pramusinta_3b
- KI H Anom Suroto – Bambang Pramusinta_4a
- KI H Anom Suroto – Bambang Pramusinta_4b
- KI H Anom Suroto – Bambang Pramusinta_5a
- KI H Anom Suroto – Bambang Pramusinta_5b
- KI H Anom Suroto – Bambang Pramusinta_6a
- KI H Anom Suroto – Bambang Pramusinta_6b
- KI H Anom Suroto – Bambang Pramusinta_7a
- KI H Anom Suroto – Bambang Pramusinta_7b
- KI H Anom Suroto – Bambang Pramusinta_8a
- KI H Anom Suroto – Bambang Pramusinta_8b (tamat)
Title: KI H Anom Soeroto – BAMBANG PRAMUSINTA
Rating: 10 out of 10 based on 24 ratings. 5 user reviews.
Writed by Martono
Rating: 10 out of 10 based on 24 ratings. 5 user reviews.
Writed by Martono