Ki H Anom Suroto - Wahyu Tohjali
Ki H Anom Suroto - Wahyu Tohjali
Beberapa
hari terakhir, perhatian publik tersita pada kasus “rebut benar” antara
KPK dengan Polisi dan Kejaksaan. Masing-masing mengusung bukti dan
argumentasi yang kesemuanya tampak benar, tampak realistis dan anehnya tampak masuk akal.
Mata saya yang awam, fikiran saya yang bebal serta nalar saya yang
pendek benar-benar dibuat bingung yang bermuara pada ketidak mampuan
saya untuk menganalisis kebenaran. Akibatnya, saya mulai ragu dengan
sesuatu yang bernama “kebenaran”, kendati saya sangat yakin bahwa
kebenaran itu ada, kebenaran itu nyata dan sungguh suatu keniscayaan.
Tetapi sekali lagi, berhadapan dengan para akademisi, politisi dan
praktisi yang memiliki kemampuan dan daya linuwih untuk “membuat kebenaran”, menjadikan kebenaran menjadi samar-samar dan sulit saya mengerti maknanya.
By The Way, Jauh sebelum Arjuna dilahirkan, para dewa sudah nggadhang-nggadhang pada saatnya nanti akan mendapatkan Wahyu Tohjali. Secara harfiah Tohjali berasal dari kata “toh” dan “jali”. Toh berarti pertaruhan atau jaminan, sedangkan jali
merupakan akar kata dari “jalu” yang artinya anak. Sehingga Tohjali
dapat diartikan sebagai “jaminan untuk anak”. Wahyu Tohjali adalah
wahyu untuk menjamin kehidupan anak yanng diharapkan bisa menjadi
generasi yang Qura’ta’ayuun. Bahkan ketika Bethari Durga menghadap
Bethara Guru, untuk meminta Wahyu Tohjali bagi Dewa Srani, anak
lelakinya (yang konon merupakan akan hasil affairnya dengan Bethara
Guru). Bahkan demi mendapatkan Wahyu Tohjali, Bethari Durga sempat
“ngundhamana” benthara Guru sebagai ayah yang tidak bertanggung jawab.
Karena
bujukan Bethari Durga, Bethara Guru berjanji untuk memberikan Wahyu
Tohjali kepada Dewa Srani. Hal ini tentu saja membuat para dewa,
terutama bethara Narada terhenyak mengingat sejak awal dan sesuai
dengan suratan, Wahyu Tohjali diperuntukkan Bagi Arjuna. Maka dengan
kekuasaannya Bethara Guru mengerahkan semua potensi di Kahyangan
Jonggring Saloka untuk memuluskan rencana merekayasa agar Wahyu Tohjali
jatuh pada Dewa Srani. Bethara Brama, Bethara Indra dan Bethara Bayu
dilibatkan baik secara langsung ataupun tidak langsung dalam konspirasi
tingkat tinggi untuk “mengebiri” dan mencari kesalahan Arjuna. Tak
hanya itu, Bethara Kala dan Bethari Durga pun dilibatkan dalam skenario
besar dengan pembagian tugas yang terperinci.
Sebuah pertanyaan muncul, siapa yang
sebenarnya yang memiliki kewenangan untuk menyerahkan Wahyu Tohjali?
Secara tegas, Bethara Guru mengatakan bahwa purbawasesa tentang Wahyu
Tohjali sepenunya berada di tangan Sang Hyang Wenang. Itu artinya,
Bethara Guru merusaha untuk merekayasa agar secara hukum tindakan
bathara guru menyerahkan Wahyu Tohjali kepada Dewa Srani dapat
dibenarkan.
Langkah awal dan yang tampak didepan mata
adalah melenyapkan Arjuna. Maka Bathara Guru memerintahkan kepada Dewa
Srani untuk membunuh Arjuna yang sedang bertapa di Gungung Harjuna.
Bethari Durga jelas tidak bisa menerima saran ini, karena jika bertempur
secara terbuka Arjuna terlalu sakti untuk dikalahkan oleh Dewa Srani.
Akan tetapi ternyata Bethara Guru memberikan bantuan kepada Dewa Srani
baik secara fisik, teknis maupun finansial. Sayangnya langkah ini tidak
bisa dilaksanaan dengan mulus, mengingat Arjuna memiliki dukungan
publik yang sangat besar dan trak record Arjuna selama ini dipandang
sangat baik. Arjuna telah memiliki banyak jasa dalam mengungkap dan
menyelesaikan berbagai masalah di Kahyangan Jonggring Saloka.
Dan sungguh, pada akhirnya Arjunalah yang
mendapatkan Wahyu Tohjali. Dialah ksatria yang mampu menitiskan Raja
Besar kelak dikemudian hari. Akan tetapi pesan moral manakah yang bisa
kita ambil dari Lakon Wahyu Tohjali ini?
Dewa –sekalipun memiliki kekuasaan yang
sangat besar- pada hakikatnya hanyalah pemegang amanat dari Sang Hyang
Wenang. Jabatan “dewa” yang disandang Bethara Guru dan para mafiosonya
adalah amanat yang harus dijalankan dengan penuh rasa tanggung jawab.
Dia hanyalah pelaksana kedaulatan dan kepercayaan dari Sang Hyang Wenang
yang merupakan representasi dari kekuasaan hakiki, rakyat! Membohongi
rakyat dan menyalah gunakan kewenangan karena dirinya dewa, pada
hakikatnya telah mengkhianati amanat dari Sang Hyang wenang.
KPK, Polisi, DPR, Jaksa dan lain
sebagainya pada dasarnya adalah pemegang amanat dari Sang Hyang Wenang.
Entah siapa yang anda representasikan sebagai KPK, Polisi, Kejaksaan
dan DPR itu tidak lagi penting. Yang lebih penting adalah ada Arjuna
yang telah menjadi korban konspirasi besar di Jongging Saloka untuk
Wahyu Tohjali. Tetapi bagaimanapun pada akhirnya kebenaran akan bicara
meski tak bermulut. Kebenaran akan melihat meski tak bermata.
Kebenaran akan mendengar meski tak bertelinga. Karena kebenaran
tetaplah kebenaran. Ia adalah sebuaah keniscayaan.
Lupakan semua, biarkan mereka berebut
benar, karena bukan mereka yang bisa mengatur Wahyu Tohjali, tetapi
Wahyu Tohjalilah yang akan melekat pada kastria yang benar-benar
berwatak bawa leksana. Maka lebih baik dengarkan saja Lakon
Wayang dalam Format MP3 dengan cerita Wahyu Tohjali oleh dalang KI H
Anom Suroto. Siapa tahu Wahyu Tohjali justru akan turun kepada anda,
karena dimata Tuhan kita sama-sama memiliki hak untuk itu.
Download Wayang Kulit MP3 Wahyu Tohjali
Title: Ki H Anom Suroto - Wahyu Tohjali
Rating: 10 out of 10 based on 24 ratings. 5 user reviews.
Writed by Martono
Rating: 10 out of 10 based on 24 ratings. 5 user reviews.
Writed by Martono