Kethoprak Wahyu Budoyo, Pati : MALING KOPO, MALING KENTIRI
Dalam legenda Maling Kopo, dikisahkan
bahwa Sunan Muria menghadiri pesta tasyakuran (syukuran) di Juwana yang
diadakan Ki Ageng Ngerang, kakek Juru Martani yang kelak akan menjadi
pendukung penting Sutawijaya dalam mendirikan Kerajaan Mataram.
Konon pesta yang dihadiri murid-muridnya itu untuk mensyukuri tercapainya usia 20 dari putri Ki Ageng, yakni Dewi Roroyono.
Adalah
putri tersebut yang menghidangkan makanan dan minuman, dan apa boleh
buat membuat salah seorang muridnya, Adipati Pethak Warak, terpesona
begitu rupa sehingga berniat menculiknya.
Sebetulnya bukan hanya daya tarik Roroyono, melainkan perilaku Roroyono yang telah mempermalukan sang adipati memicu kehendaknya – dalam pesta itu Pethak Warak yang sudah beristri merayu dengan kasar dan menarik-narik tangan Roroyono, sehingga gadis muda itu tersinggung dan menyipratkan minuman ke baju Pethak Warak.
Sebelum Pethak Warak menjadi adipati di Mandalika, ketika ia berguru ke Juwana, Roroyono masih kecil, melihatnya kembali setelah dewasa ternyata membangkitkan nafsunya. Tak bisa menahan diri, malam itu juga ia menculik Roroyono, dan membawanya ke Mandalika di wilayah Keling. Tentu saja ini membuat Ki Ageng murka.
Barangkali sesuai adat waktu itu, Ki Ageng Ngerang lantas menyayembarakan putrinya tersebut: Barangsiapa mampu mengembalikan Roroyono boleh menjadi suaminya. Meski begitu, sayembara ini terasa berat, karena Pethak Warak dikenal sakti mandraguna. Adalah Sunan Muria yang mengajukan diri untuk merebut Roroyono, bukan karena bermaksud memperistri, melainkan sekadar membantu gurunya, karena ia sendiri juga sudah menikah.
Sebetulnya bukan hanya daya tarik Roroyono, melainkan perilaku Roroyono yang telah mempermalukan sang adipati memicu kehendaknya – dalam pesta itu Pethak Warak yang sudah beristri merayu dengan kasar dan menarik-narik tangan Roroyono, sehingga gadis muda itu tersinggung dan menyipratkan minuman ke baju Pethak Warak.
Sebelum Pethak Warak menjadi adipati di Mandalika, ketika ia berguru ke Juwana, Roroyono masih kecil, melihatnya kembali setelah dewasa ternyata membangkitkan nafsunya. Tak bisa menahan diri, malam itu juga ia menculik Roroyono, dan membawanya ke Mandalika di wilayah Keling. Tentu saja ini membuat Ki Ageng murka.
Barangkali sesuai adat waktu itu, Ki Ageng Ngerang lantas menyayembarakan putrinya tersebut: Barangsiapa mampu mengembalikan Roroyono boleh menjadi suaminya. Meski begitu, sayembara ini terasa berat, karena Pethak Warak dikenal sakti mandraguna. Adalah Sunan Muria yang mengajukan diri untuk merebut Roroyono, bukan karena bermaksud memperistri, melainkan sekadar membantu gurunya, karena ia sendiri juga sudah menikah.
Ketika ia berangkat, di jalan bertemu
dengan dua bersaudara murid-murid Ki Ageng yang tidak ikut menginap,
jadi belum mendengar peristiwa itu, yakni Genthiri dan Kopo. Mereka
berdua langsung menawarkan bantuan, bahkan untuk menggantikan Sunan
Muria, dan jika berhasil Roroyono tetap menjadi istri Sunan Muria.
Adapun Sunan Muria setuju saja dan pulang ke Colo.
Alhasil, dengan bantuan orang sakti
bernama Wiku Lodhang Datuk, Roroyono berhasil diambil kembali. Apa boleh
buat, malah sekarang Kopo tersebut jatuh cinta kepada Roroyono sampai
jatuh sakit. Padahal, Roroyono sudah diperistri Sunan Muria. Prihatin
atas penderitaan adiknya, Genthiri berangkat ke Muria bermaksud merebut
Roroyono, tetapi ia tewas dalam adu kesaktian melawan murid-murid Sunan
Muria. Mendengar berita ini, Kopo berangkat menyusulnya, tapi menunggu
saat yang baik, yakni ketika Sunan Muria dan murid-muridnya turun
gunung. Setelah berhasil menculik Roroyono, Kopo dengan cerdik
membawanya ke Pulau Seprapat, tempat Wiku Lodhang Datuk bermukim. Namun
ternyata orang sakti itu kali ini tidak bersedia membantunya, sehingga
ketika murid Sunan Muria yang mengejarnya tiba, Kopo hanya bisa memberi
perlawanan sebentar sebelum mati terbunuh. Sejak saat itu, istilah
“maling Kopo” diberikan kepada mereka yang membawa lari perempuan untuk
dipaksa jadi istrinya.
Dari legenda ini, kita bisa mencatat, tak satu pun aksi dilakukan Sunan Muria sendiri, semuanya dikerjakan orang lain untuknya.
Dari legenda ini, kita bisa mencatat, tak satu pun aksi dilakukan Sunan Muria sendiri, semuanya dikerjakan orang lain untuknya.
- Maling Kopo, Maling Ketiri_1
- Maling Kopo, Maling Ketiri_2
- Maling Kopo, Maling Ketiri_3
- Maling Kopo, Maling Ketiri_4
- Maling Kopo, Maling Ketiri_5
- Maling Kopo, Maling Ketiri_6
(Terima kasih anda telah mampir di blog ini. Jika sudah berhasil download file kami, mohon tinggalkan komentar untuk perbaikan selanjutnya)
Title: Kethoprak Wahyu Budoyo, Pati : MALING KOPO, MALING KENTIRI
Rating: 10 out of 10 based on 24 ratings. 5 user reviews.
Writed by Martono
Rating: 10 out of 10 based on 24 ratings. 5 user reviews.
Writed by Martono