Ki H Anom Soeroto – Wahyu Topeng Waja
Ki H Anom Soeroto – Wahyu Topeng Waja
Gatut Kaca |
Sehebat apapun, jika masih bernama manusia dia maka lupa dan salah akan senatiasa melekat. Begitu juga dengan Prabu Sri Bathara Kresna. Dalam kapasitasnya sebagai “titisan Wisnu” dia adalah manusia linuwih, manusia setengah dewa yang nyaris terhindar dari kesalahan. Akan tetapi dalam keadaan “wadag” sebagai manusia, Kresna tak bisa hindar dari kesalahan dan kehilafan.
Ketika “koncatan” Wisnu, Kresna
adalah manusia yang terdiri dari darah, tulang dan daging, dilengkapi
otak, hati dan rasa. Barangkali itulah pesan moral yang ingin
disampaikan dalam lakon Wahyu Topeng Waja, sebuah lakon carangan yang digarap dengan mais oleh KI H Anom Soeroto.
Dikisahkan, Raden Gatutkaca baru saja dilantik menjadi Senapati –Panglima Perang- Negara Amarta dalam rangka menghadapi perang besar Bharatayuda Jayabinangun,
yang diperkirakan tak akan lama lagi segera pecah. Sayangnya, senapati
yang baru dilantik itu menderita sakit secara msiterius. Segala upaya
ditempuh untuk kesembuhan Rajamuda Pringgondani ini, akan tetapi tidak
juga menampakkan hasil, jika tak boleh dikatakan semakin parah. Bahkan
ketika Gatutkaca sudah di boyong dari Pringgondani ke Amarta sekalipun.
Dari sini cerita dimulai. Di pasewakan
agung negara Dwarawati, Sri Kresna tengah menerima kehadiran Prabu
Baladewa yang bermaksud menengok keadaan Raden Gatutkaca yang tengah
menderita sakit, sebagaimana surat yang diterima oleh Prabu Baladewa
dari Prabu Puntadewa. Dalam surat itu pula, Prabu Puntadewa
mengharap kehadiran Prabu Baladewa dan Prabu Kresna guna menguatkan
hati dan memerikan upaya bagi kesembuhan Senapati Amarta itu.
Belum sempat Prabu Kresna menyatakan kesanggupannya, datang Prabu Bomanarakasura, Raja Trajutresna, putra Prabu Kresna dengan Dewi Pertiwi. Kedatangannya
sema-mata ingin ikut menyumbangkan tenaga demi kejayaan Pandhawa dengan
mencalonkan diri sebagai Senapati. Tentu saja keadaan ini mendapat
tentangan dari Prabu Baladewa, karena bagaimanapun Pendawa sudah
menetapkan senapati. Akan tetapi Bomanarakasura tetap mendesak Kresna
agar berupaya menjadikan dirinya menjadi Senapati.
Anehnya, entah karena apa Prabu Kresna
menuruti kehendak anaknya, kendati dia tahu bahwa niat Bomanarakasura
untuk menjadi senapati itu tidak bisa dibenarkan. Terlebih melihat
keadaan Gatutkaca sedang sakit.
Berhasilkan Bomanarakasura menjadi
Senapati Pandhawa? Kenapa Kresna yang titisan Wisnu itu bisa salah
mengambil keputusan? Apakah sebenarnya Wahyu Topeng Waja itu? Siapa yang
berhasil mendapatkan Wahyu Topeng Waja?
Selengkapnya, dapat anda ketahui setelah
tuntang mendengarkan Lakon Wahyu Topeng Waja yang dengan manis digelar
oleh Ki H Anom Soeroto yang bisa anda download pada link berikut ini:
Title: Ki H Anom Soeroto – Wahyu Topeng Waja
Rating: 10 out of 10 based on 24 ratings. 5 user reviews.
Writed by Martono
Rating: 10 out of 10 based on 24 ratings. 5 user reviews.
Writed by Martono