KI H. Anom Suroto - Kakrasana Wisudha

KI H. Anom Suroto - Kakrasana Wisudha

Raden Kakrasana
Sekali lagi, ketika sepi dari kegiatan, kebiasaan saya yang gampang bosan kambuh lagi.  Dari gojeg dengan anak-anak yang nampaknya juga sudah agak bosan dengan cara saya gojeg yang begitu-begitu saja, saya beralih ke televisi.  Acara TVpun tak banyak memberikan harapan ketika sinetron ditayangkan, deba-debat yang menyesakkan hati disiarkan dan live show yang menurut saya gak patut disawang babar blas justru membuat hati semakin suntuk.
Perhatian saya beralih ke radio, dan mak klethes (saya meminjam istilah Pak Basiyo) terdengar siaran wayang kulit yang menurut saya, siapapun dalangnya, adalah merupakan hiburan alternatif yang sayang jika terlewatkan.  Setelah 5 menit mendengarkan, muncul gagasan saya kenapa tidak langsung saja direkam?  Bukankan ini mungkin akan lebih manfaat bagi banyak orang.
Setelah 10 menit mempersiapkan ubarampe rekaman yang kesemuanya ketlisut dan harus ubeng-ubengan mencari, akhirnya  operator studio rekaman siap menjalankan tugas.  Oleh karena itu, permintaan maaf perlu saya sampaikan jika rekaman ini tanpa prolog (kalau dalang bilang: ada-ada) dan  tanpa talu langsung Pathet 6 jugag.
Lebih parah lagi, durasi masing-masing file tidak sama, bahkan potong sana potong sini yang terasa sangat mengganggu tidak dapat saya hindarkan.  Semua ini terjadi karena ketika saya ketiduran waktu gara-gara dan terbangun keesokan harinya, saya temukan asisten saya Mr. Audacity Freesoftware, telah melakukan perekaman selama lebih dari 4 jam.  Setelah sholat subuh saya putar lagi untuk mencari iklan-iklannya terus tombol sakti dell bekerja tak kurang 15 kali. Jadilah file mp3 wayang kulit dengan judul yang cukup merangsang KAKRASANA WISUDHA.
Cerita ini sejatinya sama dengan Semar mBarang Janturnya Ki Nartosabdho, tetapi sebagaimana Kang Prabu menjelaskan bahwa masing-masing dalang memiliki karakter dan besutan-besutannnya sendiri, alhasil mendengarkan wayang bukan masalah kita hafal ceritanya atau tidak, tetapi lebih bagaimana kita memaknai setiap elemen yang ada di pewayangan itu.  Baik gendhing, antawacana, carangan (improvisasi) dan –tentusaja- nilai filosofis yang terkandung didalamnya atau (paling tidak) lebih baik daripada menonton acra TV seperti termehek-mehek, orang ketiga dan sejenisnya.  Atau dalam pengertian modern seperti dikatakan Gustav Tretag, bahwa seni pertunjukan (baca: teater) lebih dari sekedar hiburan semata-mata.  Hal ini tentunya berlaku juga untuk wayang kulit.
Terkait dengan rekaman saya yang gothang gangsul yang dengan bangga tetap saya persembahkan untuk anda ini, moga-moga menjadikan anda  lebih arif dan memupuk rasa kesabaran tanpa harus menyalahkan siapapun (termasuk yang ngrekam) jika ternyata anda sering terganggu jiwa dan hati anda mendengarkan hasil rekam dan editing yang tidak nyaman ini.

File-filenya disini. Selamat mendengarkan …….

  1. Anom Suroto, Kakrasana Wisudha 01
  2. Anom Suroto, Kakrasana Wisudha 02
  3. Anom Suroto, Kakrasana Wisudha 03
  4. Anom Suroto, Kakrasana Wisudha 04
  5. Anom Suroto, Kakrasana Wisudha 05
  6. Anom Suroto, Kakrasana Wisudha 06
  7. Anom Suroto, Kakrasana Wisudha 07
  8. Anom Suroto, Kakrasana Wisudha 08
  9. Anom Suroto, Kakrasana Wisudha 09
  10. Anom Suroto, Kakrasana Wisudha 10
  11. Anom Suroto, Kakrasana Wisudha 11
  12. Anom Suroto, Kakrasana Wisudha 12
  13. Anom Suroto, Kakrasana Wisudha 13
Title: KI H. Anom Suroto - Kakrasana Wisudha
Rating: 10 out of 10 based on 24 ratings. 5 user reviews.
Writed by Martono