Ki H Anom Soeroto – Lahire Palasara
Ki H Anom Soeroto – Lahire Palasara
Berbeda
dengan Mahabarata, yang menarik garis keturunan (silisilah) Pandhawa
dan Kurawa dari darah Ksatria yang dimulai dari Prabu Kuru – Pratipa –
Dusmanta – Santanu – dan kemudian bermuara kepada Bisma, versi Pustaka
Raja Purwa, kakek buyut Pandhawa dan Kurawa bedarah Brahmana. Dimulai
dari Resa Kamunayasa – Sekutrem – Sakri – Palasara – Abiyasa. Setelah
Abiyasa dan Bisma inilah, silislah Pendhawa dan Kurawa menjadi semakin
jelas dan praktis tidak ada perbedaan.
Nah, kali ini Jaman Semana memposting
cerita menarik kelahiran kakek buyut Pandhawa yaitu Bambang Palasara.
Lelaki inilah yang dimudian hari menurunkan Abiyasa yang kita kenal
sebagai penentu perjalanan sejarah perang saudara para darah Kuru,
Perang Bharatayudha. Sepeninggal mendiang Prabu Santanu Negara Hastina
sudah nyaris berakhir, dengan meninggalnya Raden Wicitra dan
Wicitrawirya di medan pertempuran. Dua orang janda yang ditinggalnya
belum sempat mengandung darah Santanu sampai kemudian Abiyasa bersedia
menikahi kedua janda ini demi kelangsungan daranh Bharata dari garis
Darah Brahmana. Peran Palasara (banyak juga yang menyebut Parasara)
menjadi sedemikian penting karena dialah yang kemudian menurunkan
manusia besar, Abiyasa.
Dikisahkan, Prabu Parta Wijaya, Raja
Agung Keraton Tabelasuket benar-benar merasa gundah karena putri
tunggalnya yakni Dewi Partini tiba-tiba menghilang dari kaputren.
Kesedihan sang Prabu bukan saja karena Dewi Partini adalah puteri
satu-satunya, tetapi juga karena Dewi
Partini tengah hamil. Disamping itu, kepergian menantunya yaitu
Bambang Sakri tanpa pamit beberapa saat sebelum kepergian Dewi Partini
semakin memperberat kesedihannya. Gampang diduga bahwa kepergian Dewi
Partini semata ingin mencari keberadaan suaminya. Pertanyaannya adalah,
kemana? Putus asa dengan upaya lahir yang telah ditempuh Prabu
Partawijaya dengan mengerahkan semua prajuritnya untuk melacak
keberadaan sang putrid, maka dia bertekad untuk mencari upaya batin
dengan menanyakan ke pandhita linuwih dari Gunung Saptaarga yang bernama
Resi Kamunayasa sekaligus berguru kepadanya.
Jauh diseberang lautan, Prabu
Jayalengkara raja Purakancana tengah mengungkapkan kemarahan dan
kekecewaannya. Pasalnya, cintanya kepada Dewi Partini harus patah
ditangan seorang pemuda gunung bernama Bambang Sakri. Ketika itu,
hamper saja dia berhasil merebut Dewi Partini dari Tangan Prabu
Partawijaya dengan jalan kekerasan. Sayangnya, disaat yang tapat Raja
Tabelasuket ini mendapatkan pertolongan dari Bambang Sakri yang kemudian
diambil sebagai anak menantu dengan menikahkannya dengan Dewi Partini.
Keputus asaannya khirnya bermuara pada sang guru yaitu Resi Dwakara di
Pertapaan Tegalbandan. Dia bertekad untuk mempertebal ilmu kanuragan
guna kembali menantabf Bambang Sakri sekaligus merebut Dewi Partini.
Didepan gurunya, Prabu Jayalengkara
menceritakan perjalanan cinta dan perjuangannya mempersunting Dewi
Partini yang harus berakhir dengan kekecewaan. Begawan Dwakara yang
sebenarnya murid Saptaarga itu menemukan jalan yang jitu untuk
menyelesaikan masalah
ini. Dia berniat mengadu domba antara Prabu Partawijaya dengan Bambang
Sakri. Begitulah maka dengan kesaktiannya dia bisa membelokkan
perjalanan Prabu Partawijaya yang berniat ke Saptaarga untuk bisa hadiri
dihadapannya. Kepada Prabu Partawijaya dia mengaku sebagai resi
Kamunayasa dan menjelaskan bahwa jodoh Dewi Partini adalah Prabu
Jayalengkara dan bukan Bambang Sakri. Lebih jauh dia menegaskan, bahwa
sumber masalah yakni Bambang Sakri harus dimusnahkan. Gelap mata oleh
bujukan Resi Dwakara Raja Tabelasuket ini segera mencari Bambang Sakri
dan berniat menghabisinya.
Di Pertapaan Saptaarga, Begawan
Kamunayasa tengah menyesali kepergian cucunya tercinta, yaitu Bambang
Sakri. Pemuda ini pergi dari pertapaan akibat dimarahi oleh
ayahandanya, Bambang Sakutrem karena menolak menikah. Sebenarnya
kemarahan Sakutrem ini semata karena keluhan sang ayah, Resi Kamunayasa
yang ingin segera melihat ducunya yang sudah dewasa segera menikah.
Tetapi Bambang Sakutrem terlalu keras memarahi anaknya, sampai-sampai
dia tega mengusir anak lelaki satu-satunya itu. Sekarang tinggalah
penyesalan pada diri Bambang Sakutrem melihat kesedihan hati
ayahandanya. Itulah sebabnya dia segera memohon pamit untuk segera
mencari keberadaan Bambang Sakri dan membawanya kembali menghadap Sang
Kamunayasa.
Bagaimanakah kisah selanjutnya dapat anda ikuti setelah tuntas mendengarkan cerita Lahire Palasara oleh KI H Anom Soeroto
- Ki H Anom Soeroto – Lahire Palarsara_1a
- Ki H Anom Soeroto – Lahire Palarsara_1b
- Ki H Anom Soeroto – Lahire Palarsara_2a
- Ki H Anom Soeroto – Lahire Palarsara_2b
- Ki H Anom Soeroto – Lahire Palarsara_3a
- Ki H Anom Soeroto – Lahire Palarsara_3b
- Ki H Anom Soeroto – Lahire Palarsara_4a
- Ki H Anom Soeroto – Lahire Palarsara_4b
Title: Ki H Anom Soeroto – Lahire Palasara
Rating: 10 out of 10 based on 24 ratings. 5 user reviews.
Writed by Martono
Rating: 10 out of 10 based on 24 ratings. 5 user reviews.
Writed by Martono