KI H Anom Soeroto – Setyaki Lahir
KI H Anom Soeroto – Setyaki Lahir
Sekali
lagi, pertunjukan wayang bukan semata pertunjukan hitam-putih,
pendhawa-kurawa, kebaikan-kejahatan semata. Tetapi lebih pada semangat
untuk memberikan “wewarah” atas potret kehidupan manusia pada umumnya.
Demikian juga lakon Setyaki Lahir ini. Raden Setyaki yang kita kenal
mestinya memiliki hak atas tahta Lesanpura dan Swalabumi (dalam lakon
Ini swalabumi dan lesanpura adalah dua tempat yang berbeda). Tetapi
kenyataannya, Setyaki lebih memilih menjadi Senapati Negara Dwarawati
yang dijalaninya sampai akhir hayat. Dalam lakon Parikesit lahir, kita
ketahui Setyaki tewas masih pada kapasitanya sebagai Senapati. Padahal,
dia adalah putra Prabu Setyajid yang pada masa uzurnya bisa mewariskan
kerjaan kepadanya. Tapi itulah wayang. Ada keteladanan yang bisa kita
petik hampir disetiap lakonnya. Baiklah kita kembali ke Lakon Setyaki
Lahir yang kali ini saya posting setelah cukup lama vakum………
Awalnya (menurut Ki Narto Sabdo),
Lesanpura adalah sebuah kadipaten dibawah Mandura ketika pemerintahan
dibawah Prabu Basudewa. Tetapi belakangan setelah lakon Kangsa Adu
Jago, Raden Ugrasena diberikan kewenangan untuk bertahta menjadi Raja di
Lesanpura dengan Gelar Prabu Setyajit. Dengan kedudukan sebagai raja,
artinya Lesanpura sepeninggal Setyajid nantinya tidak kembali ke
teritorial Mandura tetapi langsung diserahkan kepada keturunannya. Dari
sinilah cerita ini dimulai.
Permintaan
Dewi Warsini, permaisuri Prabu Setyajid pada kehamilan kedua ini
benar-benar aneh. Tidak seperti kehamilan pertamanya, yang nantinya
melahirkan Dewi Setyaboma. Memasuki tujuh bulan kehamilan, waktunya
Dewi Warsini untuk memenuhi adat siraman di Telaga Madirda. Dewi
Warsini bersedia memenuhi adat siraman dengan syarat dia naik Macan
Putih (Sardula Seta). Jelas ini bukan permintaan yang mudah. Tak
kurang Prabu Setyajid menghadirkan Prabu Baladewa bersama Raden Narayana
dan Prabu Puntadewa bersama Raden Bratasena, dengan harapan bisa
memecahkan permasalahan ini. Membiarkan Dewi Warsini melewati 7 bulan
kehamilan tanpa siraman di telaga Madirda adalah tindakan tidak
bijaksana. Tetapi mendapatkan macan putih dalam waktu dekat ini, juga
tidak gampang.
Atas saran Raden Narayana, disepakati
untuk memasang grogol (perangkap) di Hutan Winangsraya. Karena
menurutnya, dihutan inilah diperkirakan banyak diketemukan binatang
buruan, termasuk diantaranya Macan Putih. Hari itu juga dimulailah
operasi penangkapan Macan Putih di Hutan Winangsraya yang dipimpin oleh
Prabu Baladewa disertai Raden Narayana dan Raden Bratasena.
Jauh diseberang hutan Winagsraya, berdiri
sebuah kerajaan besar yang bernama Kerajaan Suwalabumi. dengan raja
yang bertahta bernama Prabu Setyasa. Raja sakti lagi kaya raya dan
memiliki armada perang yang hebat. Sayangnya, sang prabu belum memiliki
permaisuri. Bukan karena kurang kaya, kurang tampan atau kurang
sakti. Keengganan Prabu Setyasa mencari pasangan karena sebenarnya
hatinya sudah tertambat pada Dewi Warsini, Istri Prabu Setyajid.
Terdorong oleh rasa cintanya yang
menggebu (bahkan cenderung ngawur) Prabu Setyasa berniat menculik Dewi
Warsini. Untuk itulah dia memerintahkan Singamulangjaya, macan putih
piaraannya untuk melakukan tugas ini. Kendati Cuma seekor binatang,
Singamulangjaya adalah rajanya macan dan memiliki kesaktian luar biasa.
Prabu Setyasa optimis, ditangan Singamulangjaya keinginannya pasti
berhasil. Dipihak lain, Singamulangjaya bersedia melakukan tugas ini
kendati pada awalnya mendapt firasat yang kurang baik.
Bagaimana kisah selanjutnya? Firasat apa
yang diterima Singamulangjaya? Macan putih inikah yang nantinya masuk
dalam perangkap yang dibuat oleh Prabu Baladewa di hutan Minangsraya?
Bagaimana pada dewasanya Raden Setyaki bisa “nyatriya” di Swalabumi?
Selengkapnya kami persilahkan untuk menikmati lakon yang dibawakan oleh
Ki H Anom Suroto…….
Title: KI H Anom Soeroto – Setyaki Lahir
Rating: 10 out of 10 based on 24 ratings. 5 user reviews.
Writed by Martono
Rating: 10 out of 10 based on 24 ratings. 5 user reviews.
Writed by Martono