Ki H Anom Soeroto – Semar Manenges (Aji Gineng Sukawedha)
Ki H Anom Soeroto – Semar Manenges (Aji Gineng Sukawedha)
Semar Maneges menceritakan perjuangan Arjuna dalam mendapatkan wahyu dari Yang Maha Kuasa yang berupa Wahyu Aji Gineng Sukawedha.
Keberhasilannya ini adalah kerja kerasnya dibantu oleh Ki Lurah Semar
Badranaya. Sekali lagi –selain Wahyu Tohjali- Arjuna akan dikadali oleh Bethara Guru yang berniat menyerahkan Aji Gineng Sukawedha kepada anak biologisnya dengan Bethari Durga, yaitu Dewasrani.
Sebagai abdi yang tanggap terhadap
kesulitan momongannya, Semar Maneges (baca: gugat) ke kahyangan,
menuntut keadilan. Rekayasa tingkat tinggi yang dilakukan oleh Bethara
Guru bersama dengan Bethari Durga akhirnya kandas ditangan Semar. Lurah
Karang Kadempel inilah yang pada akhirnya menjadi tokoh sentral diakhir
cerita untuk memuluskan langkah Arjuna mendapatkan haknya.
Mendengar nama wahyu yang kali ini
diturunkan oleh dewa, yaitu Aji Gineng Sukawedha, setidaknya akan
mengingatkan anda pada cerita yang juga melibatkan nama aji ini.
Pertama, Aji Gineng adalah sebuah pusaka (ajian) sakti yang dimiliki oleh Pikulun Nagaraja, Guru Spritual Prabu Angling Darma.
Ajian inilah yang pada akhirnya membuat Dewi Setyawati, sang permaisuri
membakar diri. Ketika itu, Angling Darma menapatkan wewarah Aji Gineg
dari Nagaraja. Hasilnya, Angling Darma mampu mengetahui bahasa semua
jenis binantang di dunia ini. Setyowati membakar diri karena Angling
Darma tidak mau memberikan ajian sakti ini kepadanya. Yang kedua, Aji Gineng dimiliki oleh Prabu Newatakawaca
dari Keraton Himahimantaka yang menjadikannya sakti luar biasa. Tak
seorangpun mampu menandingi kesaktian Raja Raksasa ini. Berbekal Ajian
ini, Newatakawaca berniat memperisteri Dewi Supraba, Primadona para
bidadari di Kahyangan. Tetapi dengan memperalat Supraba
juga akhirnya Begawan Ciptaning berhasil membunuh Newatakawaca dengan
jalan memanah aji Gineng yang berada di tenggorokan sang raksasa.
Dalam Lakon Semar Maneges Kali ini, nama
Aji Gineng muncul lagi dalam bentuk wahyu yang merupakan representasi
dari wahyu keprajuritan. Nilai filosofis yang tersirat dari lakon ini
adalah wahyu (kekuatan) seorang prajurit akan dapat dicapai apabila
seorang ksatria senantiasa melibatkan “wong cilik”
dalam meraihnya. Semar adalah represntasi wong cilik, sementara Arjuna
adalah symbol seorang ksatria, seorang aparat dan abdi Negara, seorang
nayaka praja. Pertanyaannya adalah, kenapa Aji Gineng?
Aji Gineng adalah ajian sakti yang oleh
Pikulun Nagaraja bisa digunakan untuk mengetahui bahasa semua mahluq di
dunia ini. Sementara Prabu Newatakawaca menempatkan aji gineg di dalam
tenggorokannya (katakanlah: mulut). Baik Nagaraja maupun Newatakawaca
menjadikan Aji Gineng sebagai sarana artikulasi dan penyampaian pesan.
Intinya, Aji Gineng akan menjadikan seorang prajurit mampu memahami
kehendak bawahannya. Aji Gineng adalah sarana komunikasi atasan dengan
bawahan. Barangkali itulah pesan yang akan disampaikan oleh Ki H Anom Soeroto?
Entahlah! Yang pasti, ceritanya begini.
Sadar bahwa kesaktian Pandawa tidak mungkin ditandingi oleh para kurawa,
maka Prabu Duryudana berniat untuk mengembalikan Negara Hasitana kepada
Pandhawa. Niat ini ditentang oleh Patih Sengkuni dan Pendhita Durna.
Merekka menyarankan untuk lebih baik Sang Prabu berupaya meraih turunnya
Wahyu Aji Gineng Saptawedha yang dalam waktu dekat akan diturunkan oleh
Dewa di lereng Gunung Arjuna. Prabu Duryudana menyetujui usulan ini
dan memerintahkan Adipati Karna untuk “nyadhong’ turunnya Wahyu Aji
Gineng Sukawedha.
Di kahyangan Jonggringsaloka, Bethara
Guru tengah menerima kehadiran Bathari Durga bersama anak lelakinya yang
sudah menjadi raja di Tunggulmalaya, Dewasrani.
Kedatangannya kali ini adalah untuk menagih janji Bathara Guru kepada
Dewa Srani yang akan menyerahkan Wahyu Aji Gineng kepada Dewasrani
apabila anak lelakinya ini sudah bersedia hadir menghadap dirinya.
Seperti saya kemukakan didepan, Aji
Gineng Sukawedha akhirnya didapatkan oleh Panengah Pandhawa, Raden
Arjuna. Tetapi bagaiman peran Ki Lurah Semar? Bagaimana mungkin
seorang Ksatria sekelas Arjuna menyerahkan hidup matinya kepada seorang
Lurah yang merupakan representasi Wong Cilik? Bagaimana Arjuna Semar
mengekspresikan kepercayaan kepada wong cilik san bukan wong licik? (mensitir kata Bupati Sragen :) ). Dengarkan bagaimana Semar menggugat para dewa yang akan berjuang bukan kepada Wong Cilik tetapi justru kepada Wong Licik dalam lakon SEMAR MANEGES berikut ini
- Ki H Anom Soeroto – Semar Maneges 1a
- Ki H Anom Soeroto – Semar Maneges 1b
- Ki H Anom Soeroto – Semar Maneges 2a
- Ki H Anom Soeroto – Semar Maneges 2b
- Ki H Anom Soeroto – Semar Maneges 3a
- Ki H Anom Soeroto – Semar Maneges 3b
- Ki H Anom Soeroto – Semar Maneges 4a
- Ki H Anom Soeroto – Semar Maneges 4b
Title: Ki H Anom Soeroto – Semar Manenges (Aji Gineng Sukawedha)
Rating: 10 out of 10 based on 24 ratings. 5 user reviews.
Writed by Martono
Rating: 10 out of 10 based on 24 ratings. 5 user reviews.
Writed by Martono